CeritaCerita Kado untuk Karen bersama Lina Kusuma Dewi
Sabtu kemarin kami berulang tahun yang kelima, untuk merayakannya hari itu kami jadi sibuk sendiri di rumah masing-masing. Ninit dan Amel menyiapkan batch pertama A Seumpama Holiday, cerita terbaru kami yang melibatkan Supreme Scones dan RBG (Rass-Berry Gem) buatan rumah; dan Rassi memulai episode pertama Cerita-Cerita, seri ngobrol dan bercerita Seumpama dengan teman-teman yang menulis, mengilustrasi, membaca, bercerita buku anak, dan hal-hal lainnya.
Tamu pertama kami, Lina Kusuma Dewi, adalah penulis dan ilustrator Kado untuk Karen. Kami juga berkenalan dengan Mba Dyah yang membantu penerjemahan buku ini ke bahasa Jawa DAN membacakan ceritanya dalam bahasa Jawa untuk pertama kalinya.
Berikut sedikit Cerita-Cerita yang sempat kami obrolin dan beberapa bonus obrolan belakang layar dengan beliau. Video lengkap Cerita-Cerita Ep. 1 bisa dilihat di IGTV Seumpama.
(S: Seumpama, LKD: Lina Kusuma Dewi)
S: Halo, Mba Lina, boleh ngga perkenalkan diri buat teman-teman baru kami?
LKD: Saya Lina Kusuma Dewi, ibu dari dua anak perempuan yang tinggal di Jogja. Saya ibu rumah tangga biasa yang serabutan ngerjain yang lain juga, seperti menggambar, mendesain, dan seperti sebagian stay at home mom lainnya, juga merangkap pedagang online, hahaha…
S: Cerita tentang buku ini dong, apa ini buku pertama Mba Lina? Jika ya, apa yang mendorong untuk menulis?
LKD: Iya, ini buku pertama saya. Sebenarnya saya ngga ada bayangan menulis buku anak sih, ini tiba-tiba aja karena diajak Fenny ikut workshop dan mentornya adalah Mba Reda. Saya suka tulisan beliau sejak buku Bisik-bisik, ceritanya ditulis dengan kata-kata yang sederhana dan bentuknya handy. Membuat saya sangat effortless ketika membacanya.
Sebelum workshop, saya diminta Mba Reda untuk menulis cerita. Dan ketika workshop, Mba Reda langsung menawarkan untuk menerbitkan buku ini. Saya kaget dan ngga percaya awalnya. Dan begitulah, akhirnya proses pembuatan buku ini dimulai, dari pemilihan kata-kata yang cocok untuk anak-anak, alur cerita, sampai ke penggambaran karakter.
S:Boleh cerita proses di balik penulisan buku ini?
LKD: Awalnya memang ketika workshop dilakukan dengan tatap muka, tapi setelah itu semuanya dilakukan online via Zoom atau Whatsapp chat saja.
Mba Reda benar-benar menekankan soal pemilihan kata, apalagi ini untuk anak-anak; perlu peka juga apakah anak-anak bisa paham dengan ceritanya.
Karakter cerita juga berubah beberapa kali. Bahkan ilustrasi satu halaman pun bisa saya ganti beberapa kali 🤣. Beberapa kali saya merasa ingin menyerah, karena merasa ngga bisa bagi waktu antara anak-anak yang harus sekolah daring, pekerjaan toko dan rumah. Saya juga ngga berhasil menepati deadline penerbitan buku ini, jadi bikin suasana hati tambah down.
RNP: Apa sih alasan dibalik pemilihan format bilingual dengan bahasa Jawa, dan boleh diceritain ngga tentang proses penerjemahannya?
Ini ide dari Fenny (penulis ‘Greta di Negeri Raksasa‘, red) untuk bikin bukunya bilingual. Bahasa daerah yang dipilih yang sesuai dengan tempat tinggal. Karena saya tinggal di Jogja, jadi bahasa Jawalah yang dipakai.
Penerjemah saya adalah teman SMP saya, Dyah. Awalnya diterjemahkan dalam bahasa krama inggil, bahasa Jawa halus. Tapi ternyata teks jadi panjang sekali dan kurang familiar. Akhirnya dipilihlah bahasa Jawa ngoko yang merupakan bahasa percakapan sehari-hari antar teman sebaya. Saya juga meminta guru bahasa Jawa anak saya untuk menyempurnakan terjemahannya, terutama pemakaian tanda diakritik untuk memudahkan pelafalan ketika membaca.
S: Ada ngga referensi penulis/ cerita yang membantu proses pembuatannya?
LKD: Ngga ada. Cuma saya pengen menulis buku anak yang tanpa pesan moral yang berat 🤣
S: Apa sih hal yang Mba Lina ingin lebih banyak orang tahu tentang buku anak/ membuat buku anak/ membaca untuk anak?
Membaca itu seru, bisa tahu banyak hal dari membaca, bisa berkhayal banyak hal juga. Dan terutama, buat saya itu semacam “meditasi” setelah seharian gedabrukan. Menulis buku juga ngga harus dengan kata-kata yang rumit. Semacam curhat pun bisa jadi buku.