View mode:

Tung, tung, tung, tung, tung! Sejak gong itu berbunyi, Apui harus memakai topi jena. Mengapa?

Apakah semua orang juga memakainya?

Membicarakan tentang kedukaan dan berkabung tidaklah mudah, terutama dalam konteks cerita anak. Namun karya ini memperkenalkan budaya topi jena untuk membicarakan tentang fase hidup yang tidak bisa kita hindari itu. Kami belajar tentang makna kehadiran serta kehilangan dengan sederhana dan lewat perspektif anak-anak. Kami juga diajak untuk belajar mengartikulasikan emosi akan membantu proses menjalaninya.

Ditulis oleh Laba Jumidah Sriwaty yang suka menikmati hal-hal yang membawa kebahagiaan dan kedamaian hati. Di antaranya membaca cerpen, mendengarkan musik, dan bertamasya. Ia menamatkan pendidikan di S1 PGSD Universitas Mulawarman dan saat ini aktif menjadi pendidik di SDN 001 Malinau Selatan. Tulisan ini dibuatnya untuk mengenalkan dan melestarikan budaya dari tempat asalnya, Kalimantan Utara.

Diilustrasikan oleh Evelline Andrya. Ia tumbuh dalam campuran budaya Tionghoa dan Jawa. Koleksi kartu natal klasik berilustrasi indah milik neneknya serta komik, buku cerita bergambar dan film animasi di masa kecil membuatnya yakin mempelajari desain komunikasi visual. Pernah bekerja sebagai ilustrator penuh waktu untuk majalah CosmoGirl! Indonesia pada 2007-2010. Saat ini menjadi ilustrator lepas untuk berbagai penerbitan buku anak lokal dan internasional.

Showing the single result

Shopping cart