View mode:
Sort by:

Apa yang terjadi bila tidak ada roda di dunia ini? Apakah dunia akan menjadi lebih baik? Mana yang lebih menyenangkan, dunia dengan roda atau tanpa roda?

Tahukah kamu apa itu roda? Apa kamu pernah melihatnya? Aniek Wijaya mengajak kita membayangkan jejak salah satu penemuan penting dunia: roda. Tanpanya, dunia kita pasti sama sekali berbeda. Bersama dengan ilustrator Rama Indra, dan sedikit imajinasi, kita berjalan mengarungi waktu dan membayangkan dunia alternatif yang mungkin tersedia kalau saja tidak pernah ada roda.

Fabel Mini
Browse Wishlist
Original price was: Rp69,000.00.Current price is: Rp60,000.00.
Fabel Mini Original price was: Rp69,000.00.Current price is: Rp60,000.00.

Lucu, ringan, seru!

Fabel Mini menyapamu!

15 cerita hewan menggemaskan.

Membuat hari-harimu menyenangkan!

Cerita-

Kakek akan memberikan Godi si Anjing Kecil kepada salah satu dari tiga cucunya: Timo, Roro, dan Keno. Manakah yang akan Godi pilih? Mengapa?

“Ke manakah aku harus pergi?” Begitulah pikir Haris si Gajah saat kehilangan rumahnya. Hutan tempat tinggal Haris telah musnah, dibakar manusia. Haris yakin masih ada hutan untuk Haris dan teman-temannya. Di manakah itu? Amankah? Bagaimana mereka menghadapi manusia?

Haris dan Atan harus menghadapi akibat dari kerusakan lingkungan akibat kegiatan manusia di hutan, dan mencari rumah baru untuk tinggal tentu tidak mudah. Kami membayangkan kalau harus meninggalkan rumah tempat kami tinggal saat ini pasti sedih juga. Apalagi kalau ancaman itu terus mengikuti. Cerita ini memberikan perspektif kesadaran lingkungan, melihat Haris mencari kehilangan rumahnya mengingatkan kami tentang pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem di sekitar kita, karena dunia ini kan bukan cuma punya manusia, tapi seluruh makhluk hidup yang ada. Maka harapan yang dijaga juga harus memikirkan semua.

Hutan Harapan Haris ditulis oleh Endah Herawati dan diilustrasikan oleh Yosia Raduck.

Bujang sedih sekali. Semua binatang pergi. Di hutan tak ada lagi labi-labi. akankah Bujang mendapatkan makanan kesukaannya ini?

Seperti anggota Suku Kubu lainnya yang tinggal jauh dari keramaian di antara perpohonan rimba Sumatra, Bujang terbiasa berpindah-pindah dan hidup dari hasil perburuan. Jika ada anggota keluarga yang meninggal atau jika ada masalah di tempat itu,  barulah mereka pindah mencari tempat baru. Namun lingkungan mereka cepat berubah. Kebakatan hutan dan pengalihan lahan memaksa sebagian Suku Kubu untuk menyesuaikan gaya hidup mereka. Kisah ini mengajak kita mengintip kehidupan kelompok suku asli di Indonesia yang kehidupannya terancam oleh modernisasi dan pengalihan fungsi alam, serta bagaimana kedekatan hidup dengan alam menjadi kunci utama kebertahanan budaya mereka.

Jangan Sedih, Bujang! ditulis oleh Sofie Dewayani dan diilustrasikan oleh Dina Riyanti.

Semua orang sibuk mempersiapkan kelahiran adik bayi. Mbah meminta Slamet menjaga jarik yang disiapkan untuk adik. Slamet bosan. Dia mulai bermain dengan jarik-jarik itu, dan … oh, tidak! Jarik itu robek. Apa kata Mbah nanti? Apa yang akan dilakukan Slamet?

Kami senang sekali mengikuti Slamet main-main sambil menantikan sang adik untuk datang, dan ikut deg-degan waktu jarik adik robek. Cerita tentang sehelai jarik yang ditulis dengan hangat dan ilustrasi yang menggemaskan.

Jarik Adik ditulis oleh Endah Herawati dan diilustrasikan oleh Eleonore Grace.

Cici, peri kecil yang lincah sedang bingung. Karen, sahabatnya, hari ini berulang tahun, tapi ia belum punya kado untuknya.

Karen suka Lidi-lidi Geli, kue Lupa-lupa Ingat, atau Boneka Dadadidu – wah, itu apa saja ya? Tapi Karen malah tidak mau apa-apa. Cici senang-senang saja sampai Bubi datang dengan kado yang begitu besar. Cici jadi kesal. Di tengah kekesalannya, peri cilik itu masuk ke hutan terdalam dan bertemu dengan Capung Tralala yang mengikutinya ke mana-mana. Cici pun punya ide kado untuk Karen.

Kado buat Karen juga disertai terjemahan Bahasa Jawa sebagai upaya mendekatkan anak-anak pada bahasa daerah. Cerita ini menggunakan Bahasa Jawa ngoko.

Kado untuk Karen membawa imajinasi kami jalan-jalan ke dunia peri, tapi juga mengizinkan kami untuk menghidupi ke-peri-an yang ada di setiap kita. Dalam cerita ini, kita bisa diajarkan cara membuat kado-kado peri. Bayangkan!

Mencari sesuatu buat orang yang kita sayangi seringkali jadi susah, kita ingin memberikan sesuatu yang istimewa, dan juga berbeda. Gimana caranya? Jadinya bingung dan kesal seperti Cici. Kami sering ada di situasi seperti itu. Tapi perasaan bisa berbagi hal yang istimewa dengan orang-orang tersayang itu begitu membahagiakan. Memberi jadi sama menyenangkannya dengan menerima kasih sayang. Kado untuk Karen dengan penuh imajinasi mengajak kita mengintip pergulatan rasa itu.

Kado untuk Karen ditulis dan diilustrasikan oleh Lina Kusuma Dewi.

Gilang ingin seperti kakaknya, Kak Sita. Dia ingin menggambar seperti kak Sita. Gilang juga suka menari seperti Kak Sita. Namun Kak Sita tidak membolehkan Gilang ikut ke sanggar bersamanya. Suatu hari, Gilang menemukan sesuatu yang mengejutkan!

Gilang yang ingin seperti dan selalu bersama Kak Sita serta Kak Sita yang sudah mulai punya kegiatannya sendiri adalah cerita yang dekat dengan kehidupan bersaudara. Cara mereka mencoba menjalani hubungan bersaudara di tengah selisih paham, keinginan, serta kebutuhan untuk ruang pribadi padahal mereka juga diminta untuk berbagi, mengajak kita belajar untuk mencari keseimbangan dalam sebuah hubungan.

Ketika Gilang Ingin Seperti Kak Sita ditulis oleh Aniek Wijaya dan diilustrasikan oleh Melani Sie.

Angin dan sinar matahari adalah sumber listrik di Pandansimo. Begitu pula listrik di rumah Seruni. Hari ini, hujan turun sangat deras. Hal yang Seruni takutkan terjadi, listrik padam. Semua menjadi gelap dan menakutkan bagi Seruni. Seruni harus mengambil lilin atau….

Ketakutan Seruni waktu mati lampu membuatnya memikirkan hal-hal yang menyeramkan. Sambil melewati gelapnya ruangan setiap gerakan merinding, apa ada hantu atau seperti yang selama ini ia pikirkan? Atau itu hanya pikirannya saja. Menghadapi ketakutan yang ada di pikiran kita adalah sesuatu yang sungguh berani. Kadang hanya sedikit lebih berani, tapi itu cukup membuat Seruni menambah satu langkah yang ia ambil di kegelapan itu.

Ketika Listrik Padam ditulis oleh Yuniar Khairani dan diilustrasikan oleh Marla Putri Gyanti.

Hanya satu keinginan Dek Gam, mencicipi kopi ajaib Ayah. Bagaimana dia dapat mencicipinya tanpa sepengetahuan Mak? Hore, Mak sedang berada di luar. Saatnya mencicipi kopi. Tapi…

Dek Gam menumpahkan kopinya. Aduh.

Dek Gam mungkin cuma penasaran, makanya dia mencoba minum kopi yang Mak siapkan buat Ayah; padahal Mak tidak membolehkan. Lewat kupi khop yang sepertinya menggiurkan sekali–kami membayangkan wanginya yang nikmat– dan kegalauan Dek Gam kami diingatkan tentang sulitnya mengakui kesalahan dan menerima konsekuensi. Kadang rasanya ingin lari dan bersembunyi saja, tapi lari dan sembunyi sepertinya tidak membawa kita ke mana-mana ya.

Kopi Ajaib Ayah ditulis oleh Beby Haryanti dan diilustrasikan oleh Ella Elviana.

Peringatan Hari Kemerdekaan RI sudah di depan mata. Seorang anak laki-laki ingin mengikuti lomba makan kerupuk. Dia berlatih tak henti-henti, memakan kerupuk secepat mungkin. Krauk! Krauk!

Bisakah dia mengalahkan teman-temannya? Apakah dia berhasil mendapatkan hadiah?

Kami suka sekali Krauk! Krauk! karena ceritanya bukan hanya mengajak kami mengintip keriaan lomba 17-an dan warna-warni perayaan itu saat kami kecil, tapi juga memberi sorotan saat kita memiliki tujuan, proses yang kita lalui untuk mencapainya, dan memberi arti saat tiba di titik akhir–apapun hasilnya.

Krauk!Krauk! ditulis oleh Ella Elviana. dan diilustrasikan oleh Dian Kristiani.

Lagi-lagi Ibu terlambat menjemput Momo di sekolah. Ibu harus berjalan kaki, karena Ibu tidak bisa naik sepeda. Namun, Ibu harus menemukan sepeda yang cocok untuknya. Kisah ini menceritakan pencarian Ibu untuk sepeda yang pas.

Kring!Kring! bermain dengan begitu banyak elemen yang menyenangkan dalam menceritakan pencarian sepeda yang pas untuk Ibu: ilustrasi yang detail dan penuh warna, berbagai jenis binatang dan interaksi jenaka antara mereka, serta perkenalan pertama dengan konsep bentuk dan ukuran yang sederhana. Salah satu buku yang ingin dibaca lagi dan lagi.

Kring! Kring! ditulis oleh Nurhayati Pujiastuti dan diilustrasikan oleh Adrinalia.

Showing 13–24 of 53 results

Shopping cart