View mode:
Sort by:

Seorang pedagang peci berjalan menuju kota.

Namun, ia merasa lelah sehingga tertidur di bawah pohon.

Tanpa ia ketahui, sekumpulan kera turun dari pohon, mendekati pedagang peci dan mengambil peci-pecinya. Kera-kera itu lantas memakai peci di kepala masing-masing.

Tiba-tiba pedagang peci terbangun!

Wah, apa yang akan terjadi?

Itrin lahir di Pulau Sumba. Bermimpi ingin melihat dunia.

Tak pernah letih Itrin belajar, karena mimpi harus dikejar.

Ikuti kisah Itrin, sang Penenun Mimpi. Sebarkan cahaya ke seluruh negeri.

Kisah Itrin, seorang anak Sumba dari suku Sabumengejar mimpinya untuk pergi keluar Sumba dan belajar tentang toleransi. Ia lalu kemudian memulai Komunitas Pitagoras (Pengikat Antar Golongan dan Ras) yang menekankan toleransi, pendidikan, dan kelestarian lingkungan.

Di tahun 2021, Itin terpilih menjadi salah satu remaja pembaharu Ashoka Young Changemakers. Inisiatif yang dilakukan Itrin melalui Komunitas Pitagoras menjadi salah satu solusi kreatif yang mempunyai dampak sosial bagi lingkungannya.

Barongan Besar tidak suka dikuntit Barongan Kecil ia adalah bintang pertunjukkan, serba hebat, dan tidak membutuhkan bantuan si mungil itu. Benarkah?

Lewat penggambaran reog yang megah dan perkasa, cerita ini mengajak kami melihat yang terlewat dari yang ‘kelihatannya’ kecil di sekitar kita.

Pertunjukkan Besar Barongan Kecil ditulis oleh Ary Nilandari dan diilustrasikan oleh Dewi Tri.

 

Koh Asun geram saat tahu buah binjainya yang ranum banyak yang hilang. Aha! Ia tahu siapa yang mencurinya. Ia berencana memberikan hukuman istimewa untuk si pelaku. Hukuman apa yang akan diterima?

Layang-layang berwarna-warni menghiasi langit Payakumbuh. Belum pernah Angga dan Dhika melihat yang seperti itu. Namun, kenapa Dhika malah takut ketika seorang anak besar memberinya satu?

Main layang-layang bersama teman dan saudara jadi salah satu memori masa kecil favorit kami. Mengadu dan memutuskan benang layangan lawan, lalu mengejar layangan yang putus supaya bisa kami simpan. Pewarna Langit membawa kami kembali ke keriaan itu dan dengan apik mengajak kita membuka diri ke teman baru yang gayanya sedikit berbeda.

Pewarna dari Langit ditulis oleh Eva Y. Nukman dan diilustrasikan oleh Evi Shelvia.

Para pekerja rotan tidak dapat bekerja karena tidak ada bahan baku. Mereka pun menunggu sambil bermain bola. Aku juga ingin bermain bola, tetapi bola sepakku hilang. Kata ayah, aku akan dibelikannya bola jika barang rotan kami laku. Aku pun menunggu pembeli sambil melakukan sesuatu. Coba tebak, apa itu?

Dengan latar industri kecil rotan di Cirebon, Jawa Barat cerita Rotan Pun Jadi bermain dengan apa yang bisa kami lakukan dalam keterbatasan. Saat kita ‘dipaksa’ menjadi kreatif, menggunakan apa yang ada di sekitar kita untuk melakukan yang kita mau. Seperti ingin bermain bola tanpa ada bola, atau apa pun yang menghalangi.

Rotan Pun Jadi ditulis oleh Ary Nilandari dan diilustrasikan oleh Lyly Young.

Ge tidak betah di tempat ini. Di sini Ge diperlakukan dengan kasar, dipaksa bekerja walau lelah. Begitu ada kesempatan, Ge segera melarikan diri. Namun..oh-oh, di mana rumah Ge? Di sekitar Ge hanya tampak tanaman yang tak dikenalnya. Belum lagi, manusia meneriaki dan mengejarnya. Ke mana Ge harus berlari?

Membaca kisah Ge yang hidup di hutan hujan Sumatra adalah pengingat bagi kami bahwa bumi ini bukanlah rumah manusia saja. Binatang-binatang yang dipaksa melakukan hal-hal yang manusia paksakan membuat mereka kehilangan rumah–kami membayangkan sedih dan bingungnya kalau kami harus dipaksa bekerja yang kami tidak suka dan kehilangan rumah dan orang-orang yang kami kenal dan kasihi. Habitat yang terus hilang membuat mereka terancam punah dan terkadang menyerbu tanaman petani setempat. Keterdampingan hidup manusia dan makhluk lainnya menjadi begitu penting agar keseimbangan alam terjaga, dan kita bisa menikmati keberadaannya untuk waktu yang lama.

Rumah untuk Ge ditulis oleh Eva Y. Nukman dan diilustrasikan oleh Hutami Dwijayanti.

Saat Singa mengadakan pesta, tiba-tiba terdengar suara kentut.

DUUUT!

Semua hewan pun terkejut.

“Siapa yang kentut?”

Siapa yang Kentut? adalah picture book yang berisi cerita lucu. Tentang suara kentut yang tiba-tiba terdengar di dalam sebuah pesta. Kemudian cerita pun bergulir dalam pencarian siapa sebenarnya yang telah kentut itu.

Siapa yang Kentut? membuat kami terbahak-bahak, terkikik-kikik sejak pertama kali membacanya. Ia lucu, menyegarkan, konyol, iseng, wah, segalanya deh. Cerita-cerita anak yang lucu lokal masih belum terlalu banyak tersedia, dan, menurut kami, Noor H. Dee melakukannya dengan begitu gemilang.

Kami tak mau bicara terlalu banyak tentang isinya, biar teman-teman penasaran. Yang pasti pencarian siapa yang kentut di pesta Singa ini bikin hati tegang dan pipi pegal tersenyum dan tertawa-tawa.

Edisi bertanda tangan dan harga khusus tersedia secara terbatas selama persediaan masih ada.

Ken baru saja membeli tongkat sihir. Tongkat sihir itu bernama Otir. Namun, Otir selalu salah mendengar mantra. Saat Ken ingin menyihir sesuatu, Otir selalu mendengar kata yang keliru. Bisakah Ken menjadi penyihir?

Membaca Sihir Otir menyenangkan sekali dari banyak hal: gambarnya seru, permainan kata antara mantra Ken dan apa yang Otir, si tongkat sihir, dengar; dan kegemasan melihat frustasinya Ken dengan kesalahan-kesalahan hasil dari mantranya itu.

Tapi rasa frustasi itu dekat sekali, ya.  kami pun pernah merasa sudah tahu (dan yakin betul dengan) cara melakukan sesuatu, tapi hasilnya selalu saja masih salah. Cara Ken dan Otir menyelesaikan situasi ini membuat kami merasa, “Oh, iya, ya! Mungkin memang ada hal kecil itu yang terlewat.” Dan kegagalan yang terjadi di awal itu membantu belajar menerima hasil dari perjalanan berproses itu.

Hari ini Ayah pulang dari tempat kerjanya di luar negeri. Ara membayangkan Ayah harus menaiki berbagai kendaraan untuk sampai di desa mereka. Lalu, tiba-tiba terjadilah keajaiban.

Perjalanan yang jauh dan penuh fantasi ini mengajak kita ikut terbang tanpa batas bersama Ara, menikmati keajaiban yang terjadi.

Sirama-rama ditulis oleh Alif Ilma Zakiah dan diilustrasikan oleh Andina Subarja.

Adik dan Mbak Yuyun sudah tidak ada. Ini semua gara-gara gempa. Untung ada penggantinya. Srinti namanya.

Berlatar belakang gempa bumi kuat yang melanda Yogyakarta pada Mei 2006, Srinti  menawarkan cuplikan cerita dari mereka yang ditinggalkan. Barang-barang dari orang-orang terkasih terkubur di bawah reruntuhan, menyisakan kenangan dan kisah. Kami suka sekali karena Srinti menjadi pengingat bahwa topik yang sulit, seperti rasa kehilangan, juga dirasakan teman-teman kecil. Walaupun sulit, rasa itu ada, dan bila dibicarakan dan diceritakan dengan baik bisa menjadi katalis yang manis.  Ilustrasi hitam putih dengan guratan pensil juga memberikan nuansa yang khidmat tapi hangat dan menggemaskan di setiap halamannya.

Gusti Allah ora Sare.

Srinti ditulis oleh Sofie Dewayani dan diilustrasikan oleh Cecillia Hidayat.

Membatik itu kelihatannya membosankan. Lebih asyik bermain di taman.

Tetapi… taman bermain itu ternyata ada di sini. Taman itu tersimpan rapi di dalam lemari.

Membaca ini, kami pun tak mengira akan menemukan taman penuh warna, dengan kupu-kupu yang indah, dan pantai penuh corak! Rasanya seperti berjalan-jalan lewat tarikan lilin dan malam.

Taman Bermain dalam Lemari ditulis oleh Sofie Dewayani dan diilustrasikan oleh EorG.

Showing 37–48 of 53 results

Shopping cart