View mode:
Sort by:

Apa yang terjadi bila tidak ada roda di dunia ini? Apakah dunia akan menjadi lebih baik? Mana yang lebih menyenangkan, dunia dengan roda atau tanpa roda?

Tahukah kamu apa itu roda? Apa kamu pernah melihatnya? Aniek Wijaya mengajak kita membayangkan jejak salah satu penemuan penting dunia: roda. Tanpanya, dunia kita pasti sama sekali berbeda. Bersama dengan ilustrator Rama Indra, dan sedikit imajinasi, kita berjalan mengarungi waktu dan membayangkan dunia alternatif yang mungkin tersedia kalau saja tidak pernah ada roda.

Aku dan adikku mirip sekali. Apa yang harus kami lakukan agar hewan lain bisa membedakan kami?

Penguin bersaudara pindah ke rumah baru. Di sana ada teman-teman hewan baru. Tapi mereka berdua sangat mirip, dan hewan-hewan lain sering salah mengenali mereka.

Lama-lama jadi melelahkan. Walaupun mirip, mereka berbeda. Masing-masing punya keunikan yang lain tidak punya. Bagaimana caranya agar hewan-hewan lain mengerti?

Duo Penguin masuk Jenjang B3 dari Seri Buku Berjenjang terbitan Litara dan Gagas Ceria. Buku ini disertai panduan bagi guru dan orang tua, serta pertanyaan pemantik yang bisa dipakai setelah membaca buku. Cari tahu lebih jauh tentang kategori jenjang membaca di artikel ini.

 

 

Elga tidak ikut berenang. Dia cemas.

Mengapa Elga cemas?

Apa yang harus Elga lakukan?

Elga Cemas masuk Jenjang B2 dari Seri Buku Berjenjang terbitan Litara dan Gagas Ceria. Buku ini disertai panduan bagi guru dan orang tua, lembar kegiatan, serta pertanyaan pemantik yang bisa dipakai setelah membaca buku. Cari tahu lebih jauh tentang kategori jenjang membaca di artikel ini.

 

Abo ikut Ayah ke Krayan untuk membuat garam gunung. Abo yakin membuat garam tidak sulit. Betulkah?

Pernahkah kamu tahu cara membuat garam? Kristal putih yang asin itu ternyata harus melalui banyak tahapan sebelum akhirnya bisa kita pakai. Bagaimana saja tahapannya? Kami mengikuti Abo untuk mencari tahu, ternyata seru sekali caranya! Menurut kamu bisa tidak ya dicoba di rumah?

Ditulis oleh Dedy Apriansyah yang lahir di Tarakan, Kalimantan Utara. Dia menyelesaikan pendidikan S1 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas Borneo Tarakan. Sekarang dia bekerja sebagai guru di SDN 005 Malinau Barat.

Stephanie Valentine mengilustrasikan buku ini. Ia lulus dari Desain Komunikasi Visual Binus University dan pernah bekerja sebagai inhouse graphic designer di beberapa perusahaan game, retail alat tulis, dan start up. Namun, kecintaannya pada buku anak yang penuh warna tidak pernah hilang. Dia yakin gambar dan cerita dalam buku anak dapat membawa banyak pesan positif dan inspirasi untuk pembaca anak-anak. pada akhir tahun 2020, Stephanie pun memutuskan untuk menjadi ilustrator lepas. Karya-karyanya dapat dilihat di @stvalent

Ayah selalu lupa ini dan itu. Apa yang bisa Dido bantu?

Dido dan Ayah berdua saja di rumah karena Ibu sedang pergi. Ayah harus bekerja, tapi juga harus memastikan Dido makan, pergi ke sekolah, dan segala hal lainnya. Saking banyaknya yang harus dikerjakan, Ayah justru jadi banyak lupa. Apa yang bisa Dido lakukan?

Hanya Dido dan Ayah masuk Jenjang B1 dari Seri Buku Berjenjang terbitan Litara dan Gagas Ceria. Buku ini disertai panduan bagi guru dan orang tua, lembar kegiatan, serta pertanyaan pemantik yang bisa dipakai setelah membaca buku. Cari tahu lebih jauh tentang kategori jenjang membaca di artikel ini.

 

Kumbang-kumbang koksi harus pindah mencari tempat baru. Namun salah satu kumbang, Kosi, terpisah dari teman-temannya.

Akhirnya ia bertemu dengan teman-temannya. Namun ada yang aneh ketika ia mengikuti mereka.

Apa yang terjadi?

Bahaya apa lagi yang mengancamnya?

Itukah Teman Kosi masuk Jenjang B3 dari Seri Buku Berjenjang terbitan Litara dan Gagas Ceria. Buku ini disertai panduan bagi guru dan orang tua, lembar kegiatan, serta pertanyaan pemantik yang bisa dipakai setelah membaca buku. Cari tahu lebih jauh tentang kategori jenjang membaca di artikel ini.

Bunga-bunga jepun berjatuhan hingga hanya satu yang tersisa. Kupu-kupu dan laba-laba khawatir, angin kencang akan menggugurkan jepun kecil itu. Bisakah mereka menjaganya agar tidak jatuh?

Keindahan bunga jepun yang kami suka ternyata juga memesona kupu-kupu dan laba-laba. Cerita ini mengajak kami untuk kembali menghargai dan menjaga keindahan-keindahan di sekitar kita. Kadang untuk melakukannya kita harus berhenti melakukan yang menyibukkan kita, kadang harus melawan angin kencang, kadang juga kehilangan cara. Kami belajar banyak dari kupu-kupu dan laba-laba yang begitu mencintai dan ingin menjaga indahnya si bunga jepun.

Bujang sedih sekali. Semua binatang pergi. Di hutan tak ada lagi labi-labi. akankah Bujang mendapatkan makanan kesukaannya ini?

Seperti anggota Suku Kubu lainnya yang tinggal jauh dari keramaian di antara perpohonan rimba Sumatra, Bujang terbiasa berpindah-pindah dan hidup dari hasil perburuan. Jika ada anggota keluarga yang meninggal atau jika ada masalah di tempat itu,  barulah mereka pindah mencari tempat baru. Namun lingkungan mereka cepat berubah. Kebakatan hutan dan pengalihan lahan memaksa sebagian Suku Kubu untuk menyesuaikan gaya hidup mereka. Kisah ini mengajak kita mengintip kehidupan kelompok suku asli di Indonesia yang kehidupannya terancam oleh modernisasi dan pengalihan fungsi alam, serta bagaimana kedekatan hidup dengan alam menjadi kunci utama kebertahanan budaya mereka.

Jangan Sedih, Bujang! ditulis oleh Sofie Dewayani dan diilustrasikan oleh Dina Riyanti.

Semua orang sibuk mempersiapkan kelahiran adik bayi. Mbah meminta Slamet menjaga jarik yang disiapkan untuk adik. Slamet bosan. Dia mulai bermain dengan jarik-jarik itu, dan … oh, tidak! Jarik itu robek. Apa kata Mbah nanti? Apa yang akan dilakukan Slamet?

Kami senang sekali mengikuti Slamet main-main sambil menantikan sang adik untuk datang, dan ikut deg-degan waktu jarik adik robek. Cerita tentang sehelai jarik yang ditulis dengan hangat dan ilustrasi yang menggemaskan.

Jarik Adik ditulis oleh Endah Herawati dan diilustrasikan oleh Eleonore Grace.

Banyak binatang di hutan lindung Pura Sajau. Arai dan Adik menghitungnya. Ada berapa ya?

Membaca Ke Hutan Lindung menyenangkan sekali.  Arai dan Adik mengajak kami berkenalan dengan binatang (mata yang awas akan melihat mereka yang besar dan yang kecil tersembunyi), melihat alam lebih dekat, dan bermain hitung sambil melakukannya. Cerita yang sederhana dan penuh arti, dengan ilustrasi yang kaya dan membuat kami ingin sekali pergi ke hutan lindung!

Ditulis oleh Rezcy Amalia, yang lahir di pinggir pantai di Makassar. Ia tumbuh besar dan berkuliah di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Muhammadiyah Makassar. Ia mengajar di Pesantren Hidayatullah Tarakan Kalimantan Utara sebelum pindah ke Bulungan untuk mengajar di SDN 001 Tanjung Palas Timur hingga sekarang.

Singgih Cahyo biasa dipanggil “Didiw” oleh teman-temannya. Ia mahasiswa Jurusan Kriya Keramik ITB yang gemar akan dunia ilustrasi. Singgih banyak belajar dari mata kuliah pilihan ilustrasi buku anak yang diambilnya. Ia senang sekali ketika mendapat kesempatan menuangkan ilustrasinya dalam buku anak. Gaya ilustrasinya banyak dipengaruhi teknik manual seperti gouache ataupun cat air. Menurutnya media manual terlihat lebih organik dan ekspresif.

Damdam kehilangan wajahnya. Aduh, bagaimana ini? 

Tenang, kakekku ahli membuat topeng kayu. Banyak sekali jenis topeng yang dibuatnya. Ayo, kita coba saja topeng-topeng itu. 

Tapi Damdam jadi berubah-ubah sikap mengikuti topeng yang dikenakannya. Dan salah satunya begitu menakutkan dan sulit dilepaskan. Ooh, apa yang harus kulakukan?

Ketika Damdam kehilangan mukanya menggunakan topeng-topeng yang dipakai dalam tari topeng, sebuah pertunjukan asli Cirebon, Jawa Barat. Setiap kali Damdam mengenakan topeng yang berbeda, karakter yang dilambangkan lewat topeng itu pun muncul: Panji berwarna putih melambangkan kesucian bayi baru lahir, Samba (Pamindo) yang berwajah anak kecil yang ceria dan lincah, sampai Kelana (Rahwana) berwarna merah yang melambangkan orang yang sedang marah. Kelima topeng ini mewakili fase kehidupan manusia.

Cerita ini tak hanya mengajak kami melihat topeng sebagai bagian dari budaya tapi juga sebagai metafora filosofi hidup. Wajah kita memiliki ekspresi-ekspresi yang sama seperti topeng-topeng, tapi bahwa ada sifat asli yang menunjukkan diri dan kesungguhan diri yang perlu sejati perlu ditunjukkan, lepas tanpa topeng.

Ditulis oleh Ary Nilandari, ilustrasi oleh Andhika W.

Gilang ingin seperti kakaknya, Kak Sita. Dia ingin menggambar seperti kak Sita. Gilang juga suka menari seperti Kak Sita. Namun Kak Sita tidak membolehkan Gilang ikut ke sanggar bersamanya. Suatu hari, Gilang menemukan sesuatu yang mengejutkan!

Gilang yang ingin seperti dan selalu bersama Kak Sita serta Kak Sita yang sudah mulai punya kegiatannya sendiri adalah cerita yang dekat dengan kehidupan bersaudara. Cara mereka mencoba menjalani hubungan bersaudara di tengah selisih paham, keinginan, serta kebutuhan untuk ruang pribadi padahal mereka juga diminta untuk berbagi, mengajak kita belajar untuk mencari keseimbangan dalam sebuah hubungan.

Ketika Gilang Ingin Seperti Kak Sita ditulis oleh Aniek Wijaya dan diilustrasikan oleh Melani Sie.

Showing 13–24 of 59 results

Shopping cart