View mode:
Sort by:

Desa nenek dalam bahaya. Orang-orang buang sampah sembarangan. Sampah-sampah menumpuk dan berubah menjadi monster!

Luftan dan teman-teman pun beraksi! Mereka bersama-sama melawan monster menjijikan itu. Ayo, Luftan dan teman-teman membutuhkan bantuanmu!

Raden Sagara dan ibunya, Raden Ayu Tunjungsekar, tinggal di sebuah pulau tak bernama. Suatu hari, Raden Sagara kehilangan nafsu makan. Dia menjadi sangat lesu dan rewel. Dia harus makan madu. Berhasilkah mereka membawa pulang madu saat tak ada yang membantu?

Diadaptasi dari cerita rakyat ‘Asal Usul Nama Madura’, cerita ini membawa kami melihat ketetapan hati dan kasih ibu yang bisa melakukan hampir segalanya demi anak. Kami menikmati sekali mengikuti penelusuran hutan, pencarian lebah, dan ketenangan R.A. Tunjungsekar walaupun dia mungkin sedang khawatir. Ditambah lagi kami jadi tahu kenapa Madura dinamakan Madura!

Madu untuk Raden Sagara ditulis oleh Flora Maharani diilustrasikan oleh Vannia Rizky.

Sudah saatnya Ardi memanen pisang di kebun. Namun, pisangnya hilang! Setelah mengetahui siapa yang mengambilnya, Ardi malah menanam pisang lebih banyak. Kenapa, ya?

Kami senang sekali ikut menyelidiki siapa yang mengambil pisang Ardi lewat bentuk, suara, dan jejak-jejak yang ditinggalkan pelaku. Kami jadi bisa mengenal dunia sekitar Ardi di Kalimantan, bagaimana ia hidup begitu dekat dan bisa berinteraksi dengan binatang dan tanaman di sekelilingnya seperti dengan teman-teman sendiri! Kedekatan dengan alam dan kehidupannya yang membantunya mencari tahu apa yang harus dilakukan saat ada misteri pisang yang hilang ini!

Ditulis oleh Maryam Yunus, guru kelas 3 di SDN 011 Tanjung Palas Timur, Bulungan, Kalimantan Utara. Ia gemar menanam bunga dan ingin meningkatkan minat baca siswa, tidak hanya di kelasnya, melainkan juga di tempat lain.

Diilustrasikan oleh Rizqia Sadida, ilustrator kelahiran Bekasi yang sangat suka menggambar dan membaca buku cerita. Melalui ilustrasi-ilustrasi yang dibuatnya, ia berharap dapat memberi manfaat dan makna, serta membuat anak-anak tersenyum. Karya-karya Dida bisa dijumpai di @ddidadong.

Rusli naik ke kelas tiga. Ama dan Ina berjanji akan memberinya hadiah. Sayang, Rusli tidak boleh mengetahui hadiah itu hingga saatnya tiba. Dia sangat penasaran dibuatnya! Rusli sudah sering memacu kuda di arena balap, namun belum pernah dia merasa segelisah ini.

Rusli, seperti anak kecil lain di kota Dompu, Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, terbiasa menunggang kuda. Mereka dilatih sejak dini, dan berlomba pacu kuda di usia enam atau tujuh tahun. Mandala membawa kami mengenali cara hidup anak-anak yang berbeda di bagian lain Indonesia, hal-hal yang tidak biasa buat kami jadi keseharian buat mereka. Sebaliknya juga begitu. Setiap rumah punya rasa, gaya, dan kebiasaan yang istimewa.

Mandala ditulis oleh Sofie Dewayani dan diilustrasikan oleh Herlina Kartaatmadja.

Mantel Emas kecil dan ibunya tinggal di hutan Papua bersama banyak hewan dan tanaman menakjubkan. Sebagaimana kanguru lain, waktu kecil Mantel Emas juga mengumpulkan benda-benda cantik dari hutan dan menyimpannya di kantong Bunda.

Suatu hari, Bunda melarang Mantel Emas tidur di kantongnya. Mantel Emas sedih. Kenapa dia tidak boleh lagi tidur di kantong Bunda?

Mantel Emas ditulis oleh Evi Z. Indirani dan diilustrasikan oleh Aaron Randy.

Abing ingin memancing. Tetapi mata pancingnya malah hilang. Apa yang harus Abing lakukan?

Cerita ini membawa kita melihat berbagai persiapan dan kesiapan yang diperlukan saat memancing. Tapi apa jadinya kalau mata pancingmu hilang seperti Abing? Memancing dikenal banyak menunggu dan perlu kesabaran, kadang tidak semuanya sesuai keinginan, tapi dari sana kami jadi banyak belajar dalam ketenangan.

Ditulis oleh Ratna Candra Puspitasari, seorang ibu rumah tangga sekaligus pengajar di SDN Kabupaten Tana Tidung, Kalimantan Utara. Ratna lahir di Balikpapan dan mengawali kariernya di dunia pendidikan sejak 2008. Saat ini Ratna mengajar di kelas rendah dan sedang giat menekuni berbagai kegiatan menulis yang menumbuhkan minat baca anak, terutama cerita bermuatan budaya lokal.

Ella Elviana yang mengilustrasikan buku ini lahir di Bandung dan lulus dari Farmasi ITB. Ia menemukan minatnya dalam ilustrasi buku anak dan sejak 2007 telah mengilustrasi puluhan buku cerita bergambar dan novel anak. Di sana ia menemukan kejujuran, ketulusan, dan keceriaan. Cat air dan tinta adalah media favorit untuk ilustrasinya. Ella dapat dihubungi lewat Instagram @olafmurkenstein

Abi memasang bubu. Tiap sebentar ia memeriksa bubunya. Berapa banyak udang galah yang didapatnya, ya?

Abi menanti-nantikan sekali udang galah yang masuk ke dalam bubunya. Tapi walaupun sudah mengikuti contoh Ayah dan menunggu terus, udang-udang itu masih belum datang. Padahal Abi sudah melewatkan ajakan main teman-temannya. Bagaimana caranya supaya ia bisa mendapatkan udang-udang galah itu?

Seru sekali bisa menangkap udang galah dari sungai dekat rumah seperti Abi dan ayahnya. Cerita ini juga menunjukkan proses menunggu yang mungkin tidak menyenangkan, tapi penting dalam apa yang kita lakukan. Tidak semua hal bisa langsung kita dapatkan dengan mudah dan cepat; namun saat bisa bertahan melaluinya, hasil yang didapatkan menjadi sangat nikmat dan berharga.

Ditulis oleh Afita Martalia Andrinas Putri. Lahir di malang, Jawa Timur dan kini menjadi pendidik di SDN 020 Tana Tidung, Kalimantan Utara. Dia konsisten membaca untuk mendukung profesinya. Kegemarannya yang lain adalah menulis untuk menyalurkan ide-idenya. Hobi menari tetap dijalaninya di antara kesibukan sebagai ibu dari seorang anak.

Hilman Makhluf adalah ilustrator lepas dari Pekalongan. Dia memutuskan tinggal di Yogyakarta setelah menyelesaikan studinya di jurusan Komunikasi dan Desain Visual Institut Seni Indonesia, Yogyakarta. Selain berfokus membuat ilustrasi untuk anak-anak sejak 2015, dia juga mengoleksi action figure, mendengarkan musik, dan menonton film.

 

Memata
Browse Wishlist
Rp53,000.00

Biasanya Yati tidak suka ke sawah. Namun, kali ini dia bersemangat sekali. Apa yang akan dilakukan Yati di sana?

Kami penasaran sekali dengan memata. Lewat cerita Yati, kami ikut menelusuri sungai naik ketinting dan turun ke sawah. Banyak sekali yang harus dilakukan untuk membuat memata, sungguh tidak mudah. Ada sumber daya waktu, tenaga, dan ketrampilan yang perlu dikerahkan, tahapannya ada banyak. Tapi jika tahu apa yang ingin kita dapatkan tentunya bisa jadi menyenangkan walaupun melelahkan.

Zulkarnaen lahir di Tideng Pale, Tana Tidung, Kalimantan Utara. Lulusan S2 Pendidikan Dasar Universitas Negeri Jakarta ini aktif berorganisasi dan suka mendengarkan musik, menonton debat, serta bermain tenis meja. Menurutnya, tidak ada yang tidak mungkin jika kita mau belajar dan keluar dari zona nyaman untuk kemajuan dunia buku ini. Dia ingin anak Tideng Pale gemar membaca.

Diilustrasikan oleh Rizqia Sadida, ilustrator kelahiran Bekasi yang sangat suka menggambar dan membaca buku cerita. Melalui ilustrasi-ilustrasi yang dibuatnya, ia berharap dapat memberi manfaat dan makna, serta membuat anak-anak tersenyum. Karya-karya Dida bisa dijumpai di @ddidadong.

Alon si Paralon dan teman-temannya telah selesai bertugas di rumah tua. Mereka siap menanti tugas baru. Satu per satu, mereka dibawa pergi, kecuali Alon. Mengapa? Bagaimana nasib Alon selanjutnya?

Pawin mencoba manisan buah lempesu. Seperti apa buahnya? Pawin ingin tahu.

Teman-teman pernah mencoba buah lempesu? Di cerita ini ia dibuat manisan. Mencoba makanan baru dan asing kadang-kadang membuat tidak nyaman, tapi Pawin justru ingin tahu lebih banyak tentangnya. Sanja mengajaknya masuk ke dalam hutan untuk mencari tahu. Apa ada buah-buahan unik di daerahmu juga?

Ditulis oleh Uring I,ing yang tinggal di Malinau, Kalimantan Utara. Ia menyukai olahraga untuk menjaga kebugaran dan saat ini mengajar di sebuah SD di Malinau. Cerita ini ditulisnya agar anak-anak mengenal buah unik yang dapat dijumpai di Pulau Kalimantan.

Tiffa Tanuwigena lulus dari jurusan Arsitektur ITB tahun 2007 dan sejak 2014 banting setir menjadi ilustrator buku anak paruh waktu agar bisa bekerja sambil mengurus rumah tangga. Penyuka pempek dan cireng ini sering menggunakan cat air sebagai media dalam berkarya.

Di sini, di tempatku, orang tua sangat suka jika anak-anak mereka membaca. Orang tua akan membelikan anak-anak mereka buku apa saja. Tidak peduli anak-anak mereka suka atau tidak.

Orang tua ingin anak-anak punya buku. Anak-anak disuruh membaca. Anak-anak kadang seperti dipaksa banyak membaca.

Lagi-lagi mimpi itu. Anamira tersentak dari tidurnya. Keringatnya banjir dan membuat pakaian tidur dan seprai kasurnya basah.

Dalam mimpinya, Anamira tercebur ke sungai yang mendadak keruh dan mendereas arusnya. Saat itulah muncul seorang perempuan tua. DIa diikuti oleh kupu-kupu warna-warni. Perempuan itu bergerak cepat menolongnya.

Persis pada mimpi-mimpi serupa sebelumnya, setelah tiba di tepian, perempuan tua itu menidurkan Anamira di pangkuannya, membelai-belai rambutnya, lantas berjanji memberi boneka harimau yang terbuat dari emas.

Harimau ini harimau yang baik, katanya berbisik di telinga Anamira. “Kau harus melindunginya, harus menyayanginya. Namanya Butet.”

Showing 61–72 of 116 results

Shopping cart