View mode:
Sort by:

Titus ikut Ayah melaut. Sesampainya di sana, Titus malah merasa pusing dan mual. Padahal, ia sangat ingin melihat ikan cakalang berenang di laut. Bisakah Titus melihat mereka?

Tengah malam, aku terbangun tiba-tiba. Aku melihat Ibu belum tidur.

Aku heran. Ibu tidur tidak, ya?

Kisah ini ditulis dari perspektif seorang anak yang melihat ibunya yang selalu ada dan tidak pernah tidur. Ibu selalu sedang melakukan sesuatu. Ia rasa ibunya tidak pernah tidur. Ia pun mencoba mencari tahu.

Ditulis dalam bahasa Jawa, disertai terjemahan bahasa Indonesia.

Bunga-bunga jepun berjatuhan hingga hanya satu yang tersisa. Kupu-kupu dan laba-laba khawatir, angin kencang akan menggugurkan jepun kecil itu. Bisakah mereka menjaganya agar tidak jatuh?

Keindahan bunga jepun yang kami suka ternyata juga memesona kupu-kupu dan laba-laba. Cerita ini mengajak kami untuk kembali menghargai dan menjaga keindahan-keindahan di sekitar kita. Kadang untuk melakukannya kita harus berhenti melakukan yang menyibukkan kita, kadang harus melawan angin kencang, kadang juga kehilangan cara. Kami belajar banyak dari kupu-kupu dan laba-laba yang begitu mencintai dan ingin menjaga indahnya si bunga jepun.

Bujang sedih sekali. Semua binatang pergi. Di hutan tak ada lagi labi-labi. akankah Bujang mendapatkan makanan kesukaannya ini?

Seperti anggota Suku Kubu lainnya yang tinggal jauh dari keramaian di antara perpohonan rimba Sumatra, Bujang terbiasa berpindah-pindah dan hidup dari hasil perburuan. Jika ada anggota keluarga yang meninggal atau jika ada masalah di tempat itu,  barulah mereka pindah mencari tempat baru. Namun lingkungan mereka cepat berubah. Kebakatan hutan dan pengalihan lahan memaksa sebagian Suku Kubu untuk menyesuaikan gaya hidup mereka. Kisah ini mengajak kita mengintip kehidupan kelompok suku asli di Indonesia yang kehidupannya terancam oleh modernisasi dan pengalihan fungsi alam, serta bagaimana kedekatan hidup dengan alam menjadi kunci utama kebertahanan budaya mereka.

Jangan Sedih, Bujang! ditulis oleh Sofie Dewayani dan diilustrasikan oleh Dina Riyanti.

Cici, peri kecil yang lincah sedang bingung. Karen, sahabatnya, hari ini berulang tahun, tapi ia belum punya kado untuknya.

Karen suka Lidi-lidi Geli, kue Lupa-lupa Ingat, atau Boneka Dadadidu – wah, itu apa saja ya? Tapi Karen malah tidak mau apa-apa. Cici senang-senang saja sampai Bubi datang dengan kado yang begitu besar. Cici jadi kesal. Di tengah kekesalannya, peri cilik itu masuk ke hutan terdalam dan bertemu dengan Capung Tralala yang mengikutinya ke mana-mana. Cici pun punya ide kado untuk Karen.

Kado buat Karen juga disertai terjemahan Bahasa Jawa sebagai upaya mendekatkan anak-anak pada bahasa daerah. Cerita ini menggunakan Bahasa Jawa ngoko.

Kado untuk Karen membawa imajinasi kami jalan-jalan ke dunia peri, tapi juga mengizinkan kami untuk menghidupi ke-peri-an yang ada di setiap kita. Dalam cerita ini, kita bisa diajarkan cara membuat kado-kado peri. Bayangkan!

Mencari sesuatu buat orang yang kita sayangi seringkali jadi susah, kita ingin memberikan sesuatu yang istimewa, dan juga berbeda. Gimana caranya? Jadinya bingung dan kesal seperti Cici. Kami sering ada di situasi seperti itu. Tapi perasaan bisa berbagi hal yang istimewa dengan orang-orang tersayang itu begitu membahagiakan. Memberi jadi sama menyenangkannya dengan menerima kasih sayang. Kado untuk Karen dengan penuh imajinasi mengajak kita mengintip pergulatan rasa itu.

Kado untuk Karen ditulis dan diilustrasikan oleh Lina Kusuma Dewi.

Kancil Hijau pulang membawa sekarung terong, upah karena membantu panen Pak Tani. Dalam perjalanan, ia bertemu Kancil Ungu dan adiknya. Mereka sedang kesulitan mencari terong.

Terong?

Kancil Hijau punya sekarung! Namun ia tak mau memberikannya. Ia kan sudah kerja keras?

Ditulis dalam bahasa Madura dan disertai terjemahan bahasa Indonesia.

Banyak binatang di hutan lindung Pura Sajau. Arai dan Adik menghitungnya. Ada berapa ya?

Membaca Ke Hutan Lindung menyenangkan sekali.  Arai dan Adik mengajak kami berkenalan dengan binatang (mata yang awas akan melihat mereka yang besar dan yang kecil tersembunyi), melihat alam lebih dekat, dan bermain hitung sambil melakukannya. Cerita yang sederhana dan penuh arti, dengan ilustrasi yang kaya dan membuat kami ingin sekali pergi ke hutan lindung!

Ditulis oleh Rezcy Amalia, yang lahir di pinggir pantai di Makassar. Ia tumbuh besar dan berkuliah di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Muhammadiyah Makassar. Ia mengajar di Pesantren Hidayatullah Tarakan Kalimantan Utara sebelum pindah ke Bulungan untuk mengajar di SDN 001 Tanjung Palas Timur hingga sekarang.

Singgih Cahyo biasa dipanggil “Didiw” oleh teman-temannya. Ia mahasiswa Jurusan Kriya Keramik ITB yang gemar akan dunia ilustrasi. Singgih banyak belajar dari mata kuliah pilihan ilustrasi buku anak yang diambilnya. Ia senang sekali ketika mendapat kesempatan menuangkan ilustrasinya dalam buku anak. Gaya ilustrasinya banyak dipengaruhi teknik manual seperti gouache ataupun cat air. Menurutnya media manual terlihat lebih organik dan ekspresif.

Hari ini ada yang ulang tahun. Kungkang akan datang untuk memberikan kejutan.

Namun, Kungkang sangat lambat!

Makannya sangat lambat.

Jalannya sangat lambat.

Aduh, apakah Kungkang akan datang terlambat?

Macan jengkel. Sudah gagal memangsa kancil, badannya sakit menabrak pohon. Ia berkeliaran mencari mangsa lain. Dan itu ada kera sedang memanjat pohon.

Di atas pohon, Kera sedang memilih pisang tanduk dan melihat Macan perlahan-lahan mendekat. Wah bagaimana ini? Tidak sempat lari. Ah, sudahlah gampang. Kera punya akal.

Apa Kera berhasil mengakali Macan?

Ditulis dalam bahasa Jawa, disertai terjemahan bahasa Indonesia

 

Damdam kehilangan wajahnya. Aduh, bagaimana ini? 

Tenang, kakekku ahli membuat topeng kayu. Banyak sekali jenis topeng yang dibuatnya. Ayo, kita coba saja topeng-topeng itu. 

Tapi Damdam jadi berubah-ubah sikap mengikuti topeng yang dikenakannya. Dan salah satunya begitu menakutkan dan sulit dilepaskan. Ooh, apa yang harus kulakukan?

Ketika Damdam kehilangan mukanya menggunakan topeng-topeng yang dipakai dalam tari topeng, sebuah pertunjukan asli Cirebon, Jawa Barat. Setiap kali Damdam mengenakan topeng yang berbeda, karakter yang dilambangkan lewat topeng itu pun muncul: Panji berwarna putih melambangkan kesucian bayi baru lahir, Samba (Pamindo) yang berwajah anak kecil yang ceria dan lincah, sampai Kelana (Rahwana) berwarna merah yang melambangkan orang yang sedang marah. Kelima topeng ini mewakili fase kehidupan manusia.

Cerita ini tak hanya mengajak kami melihat topeng sebagai bagian dari budaya tapi juga sebagai metafora filosofi hidup. Wajah kita memiliki ekspresi-ekspresi yang sama seperti topeng-topeng, tapi bahwa ada sifat asli yang menunjukkan diri dan kesungguhan diri yang perlu sejati perlu ditunjukkan, lepas tanpa topeng.

Ditulis oleh Ary Nilandari, ilustrasi oleh Andhika W.

Kuzy adalah kucing kesayanganku.

Bulunya lebat dan berwarna kelabu.

Setiap pagi kami sarapan bersama.

Aku menyantap telur dan keju.

Kuzy meminum semangkuk susu.

Suatu hari, Kuzy menghilang.

“Kuzy.. Kuzy.. di mana kamu?”

Hatiku pun sedih sekali.

Akankah Kuzy kembali?

Kucingku, Kuzy adalah sebuah buku cerita bergambar yang luar biasa. Tidak saja karena gambarnya yang begitu menawan, tetapi cerita yang disampaikan juga begitu indah. Buku ini penting dibaca anak dalam masa ia belajar tentang kehidupan. yang tak hanya berisi hal-hal manis dan menyenangkan.” (Reda Gaudiamo, penulis cerita anak)

Bagaimana rasanya mendapat hadiah yang lebih sedikit? Itu yang sedang dirasakan La Dana.

La Dana tidak mudah menyerah. Berbagai cara ia lakukan untuk mendapatkan bagian yang lebih banyak. Akankah kegigihan La Dana membuahkan hasil?

Buku ini diadaptasi dari cerita rakyat di Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Mengikuti La Dana yang ingin kerbau hadiah Kepala Desa seutuhnya untuk dirinya sendiri saja, membuat kami berpikir tentang bagaimana kami berusaha mendapatkan yang kami inginkan. Apa kami layak mendapatkannya? Jika ya, bagaimana kami melakukannya? Dengan mengusahakan segala cara? Tapi apa ‘dengan segala cara’ itu baik?

Cerita ini membuat kami banyak bertanya dan berdiskusi tentang arti di balik cerita ini. Salah satu jenis cerita yang kami suka,  karena ia tidak selesai saat halaman berakhir.

La Dana dan Kerbau Hadiah ditulis oleh Benny Rhamadani dan diilustrasikan oleh Alvinxki.

Showing 25–36 of 79 results

Shopping cart