View mode:
Sort by:

Aji suka perkedel ikan bubuk. Dia dan Kak Dayang pergi menangkap ikan di sungai. Apakah mereka berhasil mendapatkan ikan bubuk?

Untuk mendapatkan perkedel ikan bubuk kesukaannya, Aji harus ikut menangkap ikan bubuk di Sungai Sesayap. Tapi ikan tidak bisa ditangkap begitu saja, sungai yang mereka datangi ternyata memiliki tantangan sendiri, belum lagi menyiapkan proses memasaknya. Wah, ternyata tidak mudah ya. Apakah Aji akan tetap bisa menikmati perkedel ikan bubuk yang ia suka itu?

Melihat proses mengambil bahan makanan dari alam sampai akhirnya menyiapkan di atas meja, seperti yang Aji lakukan untuk membuat perkedel ikan bubuk, membuat kami lebih menghargai proses dan sumber daya yang dicurahkan untuk menghadirkannya. Sehingga kami melihat makanan-makanan yang tersedia dengan cara yang berbeda: mereka tidak mudah untuk sampai di sana.

Ditulis oleh Sabaniah yang lahir di Malinau sebagai anak ke-7 dari 9 bersaudara. Ia ingin mengenalkan Kabupaten Malinau kepada para pembaca melalui cerita. Ia lulus S1 PGSD Universitas Borneo Tarakan dan saat ini mengajar di SDN 005 Malinau Kota. Sejak kecil Sabaniah sudah hobi membaca dan ingin terus meningkatkan kegiatan literasi di mana pun ia berada.

Evieriel N. Primadani yang akrab dipanggil Viril, merupakan lulusan DKV salah satu universitas swasta di Jakarta. Kecintaannya terhadap dunia anak-anak telah membawanya aktif bekerja menjadi ilustrator buku cerita anak sejak 2017 hingga saat ini. Selain menjadi ilustrator, ia juga bekerja sebagai Creative Graphic Designer. Karya Viril bisa dilihat di @rilviril

 

Barongan Besar tidak suka dikuntit Barongan Kecil ia adalah bintang pertunjukkan, serba hebat, dan tidak membutuhkan bantuan si mungil itu. Benarkah?

Lewat penggambaran reog yang megah dan perkasa, cerita ini mengajak kami melihat yang terlewat dari yang ‘kelihatannya’ kecil di sekitar kita.

Pertunjukkan Besar Barongan Kecil ditulis oleh Ary Nilandari dan diilustrasikan oleh Dewi Tri.

 

Koh Asun geram saat tahu buah binjainya yang ranum banyak yang hilang. Aha! Ia tahu siapa yang mencurinya. Ia berencana memberikan hukuman istimewa untuk si pelaku. Hukuman apa yang akan diterima?

Layang-layang berwarna-warni menghiasi langit Payakumbuh. Belum pernah Angga dan Dhika melihat yang seperti itu. Namun, kenapa Dhika malah takut ketika seorang anak besar memberinya satu?

Main layang-layang bersama teman dan saudara jadi salah satu memori masa kecil favorit kami. Mengadu dan memutuskan benang layangan lawan, lalu mengejar layangan yang putus supaya bisa kami simpan. Pewarna Langit membawa kami kembali ke keriaan itu dan dengan apik mengajak kita membuka diri ke teman baru yang gayanya sedikit berbeda.

Pewarna dari Langit ditulis oleh Eva Y. Nukman dan diilustrasikan oleh Evi Shelvia.

Ratna Komala menempuh perjalanan berbahaya demi membebaskan kakaknya yang bernama Johansyah. Kakaknya ditawan di negeri yang jauh. Ratna membawa biji rumbia ajaib untuk mengatasi rintangan dalam perjalanannya. Apakah Ratna berhasil menyelamatkan kakaknya?

Kami merasa penggambaran karakter perempuan yang kuat dan berdaya selalu penting. Ratna Komala menjadi ujung tombak pembebasan sang kakak. Keberaniannya melakukan yang perlu dilakukan dan kecerdikannya dalam misinya menyampaikan banyak pesan.

Walaupun kami sudah pernah membaca cerita rakyat ini, Ratna Komala ini terasa begitu segar. Sepertinya format buku bergambar membuatnya punya nyawa baru. C. Krismariana W. menggunakan kata-kata dengan efektif. Kalimatyang singkat kami baca berulang-ulang karena rasanya begitu kuat.

Sementara ilustrasi Shafa Inayah yang penuh warna dan playful juga memberikan imajinasi yang baru dan segar. (Kesukaan kami adalah ikan-ikan yang berenang dan melompat-lompat di samudra!!)

Ge tidak betah di tempat ini. Di sini Ge diperlakukan dengan kasar, dipaksa bekerja walau lelah. Begitu ada kesempatan, Ge segera melarikan diri. Namun..oh-oh, di mana rumah Ge? Di sekitar Ge hanya tampak tanaman yang tak dikenalnya. Belum lagi, manusia meneriaki dan mengejarnya. Ke mana Ge harus berlari?

Membaca kisah Ge yang hidup di hutan hujan Sumatra adalah pengingat bagi kami bahwa bumi ini bukanlah rumah manusia saja. Binatang-binatang yang dipaksa melakukan hal-hal yang manusia paksakan membuat mereka kehilangan rumah–kami membayangkan sedih dan bingungnya kalau kami harus dipaksa bekerja yang kami tidak suka dan kehilangan rumah dan orang-orang yang kami kenal dan kasihi. Habitat yang terus hilang membuat mereka terancam punah dan terkadang menyerbu tanaman petani setempat. Keterdampingan hidup manusia dan makhluk lainnya menjadi begitu penting agar keseimbangan alam terjaga, dan kita bisa menikmati keberadaannya untuk waktu yang lama.

Rumah untuk Ge ditulis oleh Eva Y. Nukman dan diilustrasikan oleh Hutami Dwijayanti.

Dua ulat ini tampak berbeda, tetapi sebetulnya banyak persamaan mereka.

Ada perbedaannya, dan ada persamaannya. Lalu setelah berubah wujud, apakah mereka berbeda atau sama?

Kami juga baru tahu! Ulat ngengat dan ulat kupu-kupu berproses dengan cara yang mirip tapi tak sama. Kami belajar memperhatikan makhluk di alam sekitar kita dengan lebih dekat dan cermat. Dunia alam dan segala detail kehidupannya begitu indah dan mempesona. Kami seperti kembali menjadi peneliti-peneliti kecil, belajar menemukan sesuatu secara metodis, dan mencatat penemuan-penemuan itu untuk dibandingkan apa yang sama dan berbeda. Kita awali dengan ulat dan kupu-kupu — nanti? Siapa tahu?

 

Sarja berkunjung ke hutan Baduy Dalam bersama Bapak. Sesampainya di sana ia malah bosan. Sarpin, anak suku Baduy Dalam mengajak Sarja ke hutan. Apa yang mereka lakukan? Pengalaman seru apa yang membuat Sarja tidak bosan.

Saat Singa mengadakan pesta, tiba-tiba terdengar suara kentut.

DUUUT!

Semua hewan pun terkejut.

“Siapa yang kentut?”

Siapa yang Kentut? adalah picture book yang berisi cerita lucu. Tentang suara kentut yang tiba-tiba terdengar di dalam sebuah pesta. Kemudian cerita pun bergulir dalam pencarian siapa sebenarnya yang telah kentut itu.

Siapa yang Kentut? membuat kami terbahak-bahak, terkikik-kikik sejak pertama kali membacanya. Ia lucu, menyegarkan, konyol, iseng, wah, segalanya deh. Cerita-cerita anak yang lucu lokal masih belum terlalu banyak tersedia, dan, menurut kami, Noor H. Dee melakukannya dengan begitu gemilang.

Kami tak mau bicara terlalu banyak tentang isinya, biar teman-teman penasaran. Yang pasti pencarian siapa yang kentut di pesta Singa ini bikin hati tegang dan pipi pegal tersenyum dan tertawa-tawa.

Edisi bertanda tangan dan harga khusus tersedia secara terbatas selama persediaan masih ada.

Ken baru saja membeli tongkat sihir. Tongkat sihir itu bernama Otir. Namun, Otir selalu salah mendengar mantra. Saat Ken ingin menyihir sesuatu, Otir selalu mendengar kata yang keliru. Bisakah Ken menjadi penyihir?

Membaca Sihir Otir menyenangkan sekali dari banyak hal: gambarnya seru, permainan kata antara mantra Ken dan apa yang Otir, si tongkat sihir, dengar; dan kegemasan melihat frustasinya Ken dengan kesalahan-kesalahan hasil dari mantranya itu.

Tapi rasa frustasi itu dekat sekali, ya.  kami pun pernah merasa sudah tahu (dan yakin betul dengan) cara melakukan sesuatu, tapi hasilnya selalu saja masih salah. Cara Ken dan Otir menyelesaikan situasi ini membuat kami merasa, “Oh, iya, ya! Mungkin memang ada hal kecil itu yang terlewat.” Dan kegagalan yang terjadi di awal itu membantu belajar menerima hasil dari perjalanan berproses itu.

Epi ingin bermain bersama tetangga barunya. Namanya Fatima dan dia berasal dari Negara Afghanistan. Bagaimana caranya, ya? Bahasa mereka kan berbeda!

Kata-kata, ilustrasi, dan tata letak berperan besar dalam menceritakan kisah Epi dan Fatima, teman barunya. Mereka ada di waktu dan tempat yang sama, tapi pengalaman yang menjadikan mereka begitu berbeda. Kita diajak melihat konflik dan trauma, serta dampaknya bagi anak-anak lewat kacamata mereka. Fatima, mewakili banyak anak yang tidak dapat menyelesaikan sekolah dan kehidupan sebagai anak-anak karena keluarga mereka terus berpindah. Mereka harus mengungsi ke negara-negara yang lebih aman. Banyak yang terdampar di Indonesia.

Teman Baru Epi membantu kami dan teman-teman kecil memperkenalkan situasi yang tidak ideal dan tidak adil, dengan cara yang tetap hangat dan tidak menggurui. Saat membacakan ini, kami yakin, dan sejujurnya berharap, ada pertanyaan-pertanyaan besar yang datang dari teman-teman kecil. Kami harap ada obrolan dengan teman-teman kecil, setelah cerita selesai sehingga Epi dan Fatima bisa membuka ruang untuk tumbuh dalam empati dan, siapa tahu, menginspirasi sesuatu.

United Nations Indonesia memilih Teman Baru Epi sebagai salah satu buku yang masuk shortlist Klub Buku SDG di tahun 2020.

Showing 61–72 of 79 results

Shopping cart