Shop

View mode:
Sort by:

Kami terus berjalan. Aku tidak tahu akan pergi ke mana. Aku hanya mengikuti mereka. Aku tidak mau tersesat di tempat aneh ini sendirian. Lagipula, bukanlah Sira penduduk negeri Osi? Jadi, dia pasti sudah mengenal tempat ini dengan baik.

Ratna Komala menempuh perjalanan berbahaya demi membebaskan kakaknya yang bernama Johansyah. Kakaknya ditawan di negeri yang jauh. Ratna membawa biji rumbia ajaib untuk mengatasi rintangan dalam perjalanannya. Apakah Ratna berhasil menyelamatkan kakaknya?

Kami merasa penggambaran karakter perempuan yang kuat dan berdaya selalu penting. Ratna Komala menjadi ujung tombak pembebasan sang kakak. Keberaniannya melakukan yang perlu dilakukan dan kecerdikannya dalam misinya menyampaikan banyak pesan.

Walaupun kami sudah pernah membaca cerita rakyat ini, Ratna Komala ini terasa begitu segar. Sepertinya format buku bergambar membuatnya punya nyawa baru. C. Krismariana W. menggunakan kata-kata dengan efektif. Kalimatyang singkat kami baca berulang-ulang karena rasanya begitu kuat.

Sementara ilustrasi Shafa Inayah yang penuh warna dan playful juga memberikan imajinasi yang baru dan segar. (Kesukaan kami adalah ikan-ikan yang berenang dan melompat-lompat di samudra!!)

Buku ini adalah jagat raya yang diciptakan Naya dari kacamata kanak-kanak, tidak hanya untuk dirinya, tapi untuk semua orang.

Naya berkeinginan, dengan buku ini, akan lahir jagat raya-jagat raya lain dari tangan-tangan kecil yang dipenuhi ide dan imajinasi dari tanah Indonesia ini.

Sebuah kumpulan puisi yang begitu menyenangkan untuk dibaca. Sudah lama kami menantikan puisi-puisi untuk anak-anak. Pilihan kata-kata dan alur tulisan Naya membuat ide-ide yang dekat dengan sehari-hari menjadi menyegarkan. Ulat-ulat dari ujung pensil yang menjadi puisi, stroberi-stroberi yang bernyanyi, dan dewa-dewa Mesir dan kristal biru yang dicuri. Kami selalu percaya cara anak-anak melihat dunia punya begitu banyak kebijaksanaan di dalamnya. Makanya, kami suka sekali Naya mau meminjamkan matanya dan bercerita tentang dunia yang ia lihat, kepada kita.

Para pekerja rotan tidak dapat bekerja karena tidak ada bahan baku. Mereka pun menunggu sambil bermain bola. Aku juga ingin bermain bola, tetapi bola sepakku hilang. Kata ayah, aku akan dibelikannya bola jika barang rotan kami laku. Aku pun menunggu pembeli sambil melakukan sesuatu. Coba tebak, apa itu?

Dengan latar industri kecil rotan di Cirebon, Jawa Barat cerita Rotan Pun Jadi bermain dengan apa yang bisa kami lakukan dalam keterbatasan. Saat kita ‘dipaksa’ menjadi kreatif, menggunakan apa yang ada di sekitar kita untuk melakukan yang kita mau. Seperti ingin bermain bola tanpa ada bola, atau apa pun yang menghalangi.

Rotan Pun Jadi ditulis oleh Ary Nilandari dan diilustrasikan oleh Lyly Young.

Ge tidak betah di tempat ini. Di sini Ge diperlakukan dengan kasar, dipaksa bekerja walau lelah. Begitu ada kesempatan, Ge segera melarikan diri. Namun..oh-oh, di mana rumah Ge? Di sekitar Ge hanya tampak tanaman yang tak dikenalnya. Belum lagi, manusia meneriaki dan mengejarnya. Ke mana Ge harus berlari?

Membaca kisah Ge yang hidup di hutan hujan Sumatra adalah pengingat bagi kami bahwa bumi ini bukanlah rumah manusia saja. Binatang-binatang yang dipaksa melakukan hal-hal yang manusia paksakan membuat mereka kehilangan rumah–kami membayangkan sedih dan bingungnya kalau kami harus dipaksa bekerja yang kami tidak suka dan kehilangan rumah dan orang-orang yang kami kenal dan kasihi. Habitat yang terus hilang membuat mereka terancam punah dan terkadang menyerbu tanaman petani setempat. Keterdampingan hidup manusia dan makhluk lainnya menjadi begitu penting agar keseimbangan alam terjaga, dan kita bisa menikmati keberadaannya untuk waktu yang lama.

Rumah untuk Ge ditulis oleh Eva Y. Nukman dan diilustrasikan oleh Hutami Dwijayanti.

Dua ulat ini tampak berbeda, tetapi sebetulnya banyak persamaan mereka.

Ada perbedaannya, dan ada persamaannya. Lalu setelah berubah wujud, apakah mereka berbeda atau sama?

Kami juga baru tahu! Ulat ngengat dan ulat kupu-kupu berproses dengan cara yang mirip tapi tak sama. Kami belajar memperhatikan makhluk di alam sekitar kita dengan lebih dekat dan cermat. Dunia alam dan segala detail kehidupannya begitu indah dan mempesona. Kami seperti kembali menjadi peneliti-peneliti kecil, belajar menemukan sesuatu secara metodis, dan mencatat penemuan-penemuan itu untuk dibandingkan apa yang sama dan berbeda. Kita awali dengan ulat dan kupu-kupu — nanti? Siapa tahu?

 

Sarja berkunjung ke hutan Baduy Dalam bersama Bapak. Sesampainya di sana ia malah bosan. Sarpin, anak suku Baduy Dalam mengajak Sarja ke hutan. Apa yang mereka lakukan? Pengalaman seru apa yang membuat Sarja tidak bosan.

Saat Singa mengadakan pesta, tiba-tiba terdengar suara kentut.

DUUUT!

Semua hewan pun terkejut.

“Siapa yang kentut?”

Siapa yang Kentut? adalah picture book yang berisi cerita lucu. Tentang suara kentut yang tiba-tiba terdengar di dalam sebuah pesta. Kemudian cerita pun bergulir dalam pencarian siapa sebenarnya yang telah kentut itu.

Siapa yang Kentut? membuat kami terbahak-bahak, terkikik-kikik sejak pertama kali membacanya. Ia lucu, menyegarkan, konyol, iseng, wah, segalanya deh. Cerita-cerita anak yang lucu lokal masih belum terlalu banyak tersedia, dan, menurut kami, Noor H. Dee melakukannya dengan begitu gemilang.

Kami tak mau bicara terlalu banyak tentang isinya, biar teman-teman penasaran. Yang pasti pencarian siapa yang kentut di pesta Singa ini bikin hati tegang dan pipi pegal tersenyum dan tertawa-tawa.

Edisi bertanda tangan dan harga khusus tersedia secara terbatas selama persediaan masih ada.

Ken baru saja membeli tongkat sihir. Tongkat sihir itu bernama Otir. Namun, Otir selalu salah mendengar mantra. Saat Ken ingin menyihir sesuatu, Otir selalu mendengar kata yang keliru. Bisakah Ken menjadi penyihir?

Membaca Sihir Otir menyenangkan sekali dari banyak hal: gambarnya seru, permainan kata antara mantra Ken dan apa yang Otir, si tongkat sihir, dengar; dan kegemasan melihat frustasinya Ken dengan kesalahan-kesalahan hasil dari mantranya itu.

Tapi rasa frustasi itu dekat sekali, ya.  kami pun pernah merasa sudah tahu (dan yakin betul dengan) cara melakukan sesuatu, tapi hasilnya selalu saja masih salah. Cara Ken dan Otir menyelesaikan situasi ini membuat kami merasa, “Oh, iya, ya! Mungkin memang ada hal kecil itu yang terlewat.” Dan kegagalan yang terjadi di awal itu membantu belajar menerima hasil dari perjalanan berproses itu.

Hari ini Ayah pulang dari tempat kerjanya di luar negeri. Ara membayangkan Ayah harus menaiki berbagai kendaraan untuk sampai di desa mereka. Lalu, tiba-tiba terjadilah keajaiban.

Perjalanan yang jauh dan penuh fantasi ini mengajak kita ikut terbang tanpa batas bersama Ara, menikmati keajaiban yang terjadi.

Sirama-rama ditulis oleh Alif Ilma Zakiah dan diilustrasikan oleh Andina Subarja.

Adik dan Mbak Yuyun sudah tidak ada. Ini semua gara-gara gempa. Untung ada penggantinya. Srinti namanya.

Berlatar belakang gempa bumi kuat yang melanda Yogyakarta pada Mei 2006, Srinti  menawarkan cuplikan cerita dari mereka yang ditinggalkan. Barang-barang dari orang-orang terkasih terkubur di bawah reruntuhan, menyisakan kenangan dan kisah. Kami suka sekali karena Srinti menjadi pengingat bahwa topik yang sulit, seperti rasa kehilangan, juga dirasakan teman-teman kecil. Walaupun sulit, rasa itu ada, dan bila dibicarakan dan diceritakan dengan baik bisa menjadi katalis yang manis.  Ilustrasi hitam putih dengan guratan pensil juga memberikan nuansa yang khidmat tapi hangat dan menggemaskan di setiap halamannya.

Gusti Allah ora Sare.

Srinti ditulis oleh Sofie Dewayani dan diilustrasikan oleh Cecillia Hidayat.

Showing 97–108 of 123 results

Shopping cart